Antara Langit dan Kegelapan: Misteri Gunung Lompobattang

Antara Langit dan Kegelapan: Misteri Gunung Lompobattang

soliage.com – Antara Langit dan Kegelapan: Misteri Gunung Lompobattang. Kalau ada satu gunung di Sulawesi Selatan yang nggak cuma tinggi tapi juga punya napas sendiri, jawabannya Lompobattang. Bukan soal jalur pendakian atau kabut tipis-tipis, tapi karena tempat ini kayak hidup. Suara-suara yang datang bukan dari burung. Waktu yang berjalan di sana kadang terasa bengkok. Gunung ini bukan sekadar tumpukan tanah tinggi, tapi semacam teka-teki raksasa yang terus bisik-bisik, tapi nggak mau jelas. Apa pun ceritanya, Gunung Lompobattang bukan cuma untuk dilihat dari jauh. Ia seperti tokoh tua yang masih nyimpan dendam dan janji. Nah, sekarang kita bahas kenapa tempat ini bisa bikin bulu kuduk merinding bahkan sebelum kamu menginjakkan kaki di kaki gunungnya.

Langit Terbuka, Tapi Arah Tak Pernah Pasti

Gunung ini sering digambarkan megah, tapi jangan salah. Kadang langit di atasnya bening, biru bersih kayak lembaran kosong. Tapi langkah-langkah menuju puncaknya justru makin kacau. Banyak pendaki bilang arah kompas bisa goyang, sinyal hilang di tempat yang logikanya harusnya aman, bagian dari Misteri Gunung Lompobattang.

Bukan cuma sekali dua kali orang bilang merasa diputar balik, padahal jalur yang mereka lewati itu-itu saja. Bahkan ada yang ngaku berjalan dua jam tapi tetap ketemu pohon yang sama. Aneh? Sudah pasti. Tapi hal-hal aneh justru jadi hal biasa di Lompobattang.

Dan yang lebih menarik, di titik-titik tertentu, suara angin bisa terdengar seperti orang memanggil. Bukan hembusan biasa, tapi semacam bisikan yang pakai nama kamu. Nggak percaya? Coba naik dan rasakan sendiri. Tapi jangan sendirian, ya. Karena Lompobattang nggak suka yang sombong, itulah salah satu bagian dari Misteri Gunung Lompobattang.

Sosok Tua Penunggu Kabut

Cerita soal “orang tua berjubah” udah jadi bahan obrolan lama di kalangan warga lokal. Bukan legenda doang, karena beberapa orang luar juga ngaku pernah lihat. Sosoknya kadang muncul di tikungan, berdiri diam, lalu hilang begitu aja tanpa jejak.

Lihat Juga :  Ratu Elizabeth I Bukanlah Manusia Tapi Mahluk Sejenis Reptil

Tapi yang bikin lebih gila, banyak pendaki nggak sadar kalau mereka udah ngobrol sama orang itu. Baru setelah turun, mereka sadar: nggak ada siapa-siapa di jalur itu kecuali mereka sendiri. Serem? Iya. Tapi ada semacam aura yang bikin orang tetap balik lagi ke gunung ini.

Warga sekitar bilang, sosok itu bukan jahat, cuma nggak suka dilanggar. Ada aturan tak tertulis yang harus dipatuhi. Salah satunya: jangan sombong, jangan buang kata kotor, dan jangan sembarang ambil sesuatu dari tanahnya. Karena Lompobattang, katanya, punya mata.

Batu Nisan yang Bikin Langkah Goyah

Dekat puncak, ada sebuah tempat yang disebut “batu nisan”. Namanya bukan isapan jempol. Batu ini berdiri tegak, sendiri, dan selalu dikelilingi angin dingin. Nggak peduli pagi atau siang, tempat itu selalu sepi seperti ruang kosong yang dijaga.

Beberapa orang bilang batu itu adalah penanda. Bukan makam, tapi semacam penjaga. Anehnya, alat elektronik kadang mati total di situ. Kamera bisa nge-hang, baterai drop mendadak, dan sinyal langsung nol bar. Ada juga yang bilang dengar suara langkah di belakangnya, tapi pas noleh… kosong. Buat yang nekat, kadang muncul mimpi aneh setelah tidur dekat situ. Mimpi yang bikin keringat dingin, tapi sulit dijelaskan. Seakan Lompobattang menyelipkan pesan lewat mimpi, bukan kata-kata.

Antara Langit dan Kegelapan: Misteri Gunung Lompobattang

Tanda-Tanda yang Sering Dianggap Sepele

Ada hal-hal kecil di Lompobattang yang sering dianggap remeh, tapi ternyata penting banget. Misalnya, burung hantu yang muncul siang hari. Atau suara gamelan samar-samar yang cuma muncul sekali, lalu hilang kayak embun. Dan satu lagi, awan berbentuk cincin yang tiba-tiba melingkari puncak.

Warga bilang, itu bukan pertanda cuaca, tapi peringatan. Kadang pertanda baik, kadang tanda untuk balik kanan. Tapi siapa yang tahu pasti? Di tempat yang seperti ini, logika seringnya disuruh minggir. Makanya, para pendaki lama biasanya diam sejenak saat hal-hal itu muncul. Bukan takut, tapi menghormati. Karena Lompobattang itu bukan tempat untuk menang sendiri. Ini rumah dari yang tak terlihat.

Lihat Juga :  Rahasia Gunung Halimon Pidie: Tempat Penuh Misteri

Puncak yang Tak Pernah Sunyi

Mereka bilang, puncak Lompobattang itu indah. Tapi rasa dinginnya bukan cuma karena suhu. Ada dingin yang menggigit lewat sunyi. Pendaki sering cerita, suara tawa samar bisa terdengar dari arah kosong. Kadang juga suara langkah kecil yang mendekat, tapi nggak pernah ada wujud.

Di sinilah batas antara dunia kita dan ‘mereka’ seakan tipis. Kadang mimpi terasa nyata. Kadang kenyataan terasa mimpi. Dan ketika kamu duduk sendiri di atas batu, mata memandang langit, kadang kamu sadar—tempat ini bukan sembarangan. Tempat ini hidup.

Kesimpulan

Gunung Lompobattang bukan tempat untuk kamu cari ‘wah’. Ini bukan spot selfie atau ajang unjuk gaya. Ini tempat yang masih dijaga oleh kisah tua, napas lama, dan mereka yang tak kelihatan. Di antara langit biru dan kegelapan sunyi, Lompobattang tetap berdiri, menunggu siapa pun yang datang dengan niat jujur dan hati lapang. Jangan bawa ego ke sini. Karena yang menjaga gunung ini, bisa jadi lebih tua dari umur manusia. Datanglah dengan tenang, pulanglah dengan cerita. Tapi jangan pernah anggap Lompobattang sekadar gunung. Karena ia lebih dari itu. Ia semesta kecil yang punya cara sendiri untuk bicara.